MOTIF KAWUNG
Motif kawung adalah motif memiliki irama dalam repetisi pola lingkaran geometris yang saling beririsan.
SEJARAH MOTIF KAWUNG
Awal sejarahnya motif batik kawung ini digunakan kalangan keluarga
kerajaan, namun setelah Mataram terjadi dikotomi dua motif dan corak batik, ini
dikenakan golongan yg berbeda. Di Surakarta motif batik kawung ini digunakan
oleh golongan Punokawan dan Abdidalem jajar priyantaka, sedangkan pada cerita
pewayangan, motif batik kawung ini dipakai oleh Semar, Gareng, Petruk &
Bagong.
FILOSOFI MOTIF
KAWUNG
Dinamakan motif kawung,karena motif yang dipakai merupakan stilasi dari
penampang buah aren (kawung.) Bentuk dasarnya berupa empat lingkaran oval yang
hampir menyentuh satu sama lain dengan simetris, yang jika diperhatikan lebih
saksama menimbulkan ilusi optik dengan munculnya bentuk bunga empat kelopak.
Masing-masing kelopak berbentuk runcing ramping.
Aren sebagai penghasil gula yang
menyimbolkan rasa manis, memiliki filosofi keagungan dan kebijaksanaan.
Pohonnya yang lurus tanpa cabang
melambangkan keadilan. Karena itu, motif
kawung memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi tentang kekuasaan
yang adil dan bijaksana.
Bunga empat kelopak dianggap representasi dari
lotus (bunga teratai). Bunga ini dalam falsafah Jawa Kuno mengandung makna
kesucian.
Sementara stilasi bunga dan buah
secara umum memiliki makna kesuburan dan harapan.
Batik kawung mengandung falsafah kehidupan yang
sangat dalam dan suci tentang asal muasal penciptaan manusia, umur panjang yang
dimaknai sebagai perjalanan menuju kehidupan abadi. Karena itulah maka dalam
beberapa tradisi Jawa, batik kawung biasa digunakan untuk menyelimuti jenazah
sebagai perlambang perjalanan panjang menuju keabadian yang sedang ditempuh
oleh roh.Empat unsur bunga kawung yang saling beririsan secara simetris dengan menyisakan ruang kosong di titik pusat, dimaknai juga sebagai kiblat papat lima pancer, falsafah adiluhung Jawa yang bermakna: memandang dari empat perspektif mata angin untuk mendapatkan cahaya (pancer) kebijaksanaan.
Ragam Motif Kawung
Dengan berbagai makna filosofi yang terkandung di dalamnya, batik kawung di masa awal adalah batik khusus untuk busana keluarga keraton. Dalam seni pewayangan, motif kawung merupakan busana punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Punakawan ini meskipun berderajat abdi dalem, namun kedudukannya dalam spiritual Jawa sangat tinggi, merupakan lambang kejujuran dan kebijaksanaan.
Banyak motif kawung yang bisa dijumpai, misalnya kawung picis, kawung bribil, dan kawung sen. Motif kawung juga banyak divariasikan dengan berbagai motif lain sehingga menghasilkan motif baru yang tak kalah indah, seperti kawung ceplok, truntum, dan sidomukti.
Beberapa ornamen batik yang menyertai kawung biasanya berupa:
1. Garuda, jenis burung dalam mitologi Jawa yang melambangkan alam atas atau kehidupan roh. Garuda juga melambangkan keperkasaan dan kekuatan. Jarang ditemukan motif garuda utuh, biasanya hanya mengambil dari unsur sayap, bulu, cakar, atau ekornya.
2. Meru, atau gunung, yang secara geometris berbentuk segitiga. Gunung menyimbolkan tempat persemayangan dewa dan perlindungan bagi binatang maupun tumbuhan.
3. Cemukiran atau modang, yang merupakan ornamen lidah api. Ornamen ini melambangkan kemauan yang kuat, semangat, dan usaha yang tidak pernah mengenal menyerah.
Kawung adalah motif batik bergambar kembang kolang-kaling (bunga pohon aren). Pohon aren, dari akar, batang, buah, dan daunnya semua bisa dimanfaatkan. Mengingatkan kita sebagai manusia untuk melihat lagi apa yang ada dalam diri kita, dan setiap senti yang kita miliki hendaknya kita pikirkan bagaimana kebermanfaatannya untuk sesama. Dalam kehidupan sehari-hari, mari kita pikirkan setiap senti potensi yang kita miliki bagaimana memaksimalkannya untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Manusia terkadang terjebak merendahkan potensi yang dimilikinya dan meng-iri kan potensi yang dimiliki orang lain. coba perhatikan lagi kemampuan kita berpikir, bicara, menulis, menggambar, membuat puisi, fotografi, menghitung, ilmu yang pernah kita pelajari di bangku kuliah, dll….semuanya dapat dimanfaatkan untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
Kawung juga mengingatkan kita bahwa setinggi-tingginya manusia meraih sesuatu di dunia ini, pada akhirnya kita semua akan kembali ke alam Sawung (alam akhirat). Itu kenapa batik ‘kawung lawasan’ kadang dipakai sebagai jarik penutup orang mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar